Gumukmas -- Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur'an Barokatul Hasanain KH. Moh. Suparman tidak hanya mengajarkan menghafal Al Qur'an kepada para santrinya, namun juga mengajak para santrinya untuk belajar membaca kitab kuning.
Generasi muda yang fasih membaca kitab kuning hampir langka. Hanya Pondok pesantrenlah yang harus berperan menumbuhkan minat belajar membaca kitab yang tanpa harakat itu.
Dengan penuh semangat dan keyakinan pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur'an melakukan terobosan untuk mengajak, mendidik, melatih dan mengarahkan para santrinya untuk mengikuti belajar membaca Kitab kuning dengan metode yang sangat simpel dan Sederhana yang dapat membuat para santri dengan mudah merespon dan cepat membaca serta mendalami kitab kuning.
Para santri terlihat sangat antusias, setelah ada ajakan dari pengasuhnya untuk selalu belajar dan menghafal secara serius, dan memaknai isi yang tertuang dalam kitab tersebut.
Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur'an Barokatul Hasanain KH. Moh.Suparman sebagai penghafal Al Qur'an ( Hafiz ) terkenal dan terkemukan di Kabupaten Jember. Ia mengatakan, belajar membaca kitab kuning lebih sulit dibandingkan belajar lainnya, karena banyak komponen - komponen pengetahuan yang harus dimiliki santri.
Ponpes yang berada di lingkungan kemuning Sumber Wadung Arjasa Kabupaten Jember ber kometmen bahwa dalam melesterikan belajar membaca kitab kuning , berbagai upaya akan dilakukan agar santri selalu semangat dengan minat belajar yang yang tinggi dengan didasari keimanan , ketekunan dan penuh keikhlasan dalam belajar membaca dan memahami kitab itu.
Dalam mengajarkan membaca Kitab Kuning Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur'an akan dibantu oleh Ustad Fahmi Alay, salah satu Alumni Ponpes di Sidogiri yang akan menggunakan metode Almiftah dan stimulus lain agar para Santri bisa cepat lancar membaca dan memahami kitab kuning itu.
"Belajar Kitab Kuning meski sulit, bukan berarti tidak bisa dipelajari, asal ada kemauan dan semangat belajar yang kuat dan istiqomah, bisa diyakini semua kesulitan tersebut bisa ditaklukkan " kuncinya adalah semangat belajar, "ucap Pria asal Tanggul ini.
Jika ingin menjadi pengasuh ponpes salaf, maka seseorang setidaknya mampu menguasai kitab kuning. Ini merupakan syarat tidak tertulis untuk menjadi pangasuh pondok pesantren salaf.Sampai sekarang memang belum ada kajian sejarah mengenai asal-muasal kitab kuning. Namun banyak naskah para ulama pasca khulafaur Rasyidin berkuasa ditulis dengan menggunakan bahasa arab tanpa harakat. Kebanyakan naskah para ulama dari berbagai disiplin ilmu itu ditulis diatas kertas kuning sehingga orang sering menyebutnya sebagai " kitab kuning " atau " kitab gundul " karena memang tidak ada harakat layaknya kitab Al Quran yang beredar di Indonesia.Oleh karenanya untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh, dibutuhkan waktu lama.
Biasanya para santri di lingkungan ponpes salaf membutuhkan waktu dua sampai empat tahun untuk mendalami Tata Bahasa Arab mulai dari ilmu Nahwu, Ilmu Shorrof sampai pada tingkatan lebih tinggi lagi seperti ilmu Balaghah dan ilmu Muntiq.
Harapan pengasuh ponpes Tahfidzul Quran Barokatul Hasanain KH Moh. Suparman "supaya anak pondok pesantren Tahfidzul Qur'an bisa menghafal Al-Qur'an dan bisa membaca kitab kuning dan bisa memahami isi yang tersirat maupun yang tersurat dalam kitab kuning tersebut.
Selain menghafal Qur'an: pembacaan surah munjiat dan sholawat nabi dan rotibul Haddad dan pemahaman² agama yang benar ala ahlusunah waljamaah yakni Al Qur'an dan Al hadits ijma dan qiyas," kilah Pengasuh PonPes Tahfidzul Qur'an. (*)